Khadam Nabawi

Khadam Nabawi

Apr 10, 2015

Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’râwi (16 April 1911 M. – 17 Juni 1998 M.) 

Biografi 

Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’râwi (16 April 1911 M. – 17 Juni 1998 M.) merupakan salah satu ahli tafsir Alquran yang terkenal pada masa modern dan merupakan Imam pada masa kini, beliau memiliki kemampuan untuk menginterpretasikan masalah agama dengan sangat mudah dan sederhana, beliau juga memiliki usaha yang luar biasa besar dan mulia dalam bidang dakwah Islam. Beliau dikenal dengan metodenya yang bagus dan mudah dalam menafsirkan Alquran, dan memfokuskannya atas titik-titik keimanan dalam menafsirkannya, hal tersebutlah yang menjadikannya dekat dengan hati manusia, terkhusus metodenya sangat sesuai bagi seluruh kalangan dan kebudayaan, sehingga beliau dianggap memiliki kepribadian muslim yang lebih mencintai dan menghormati Mesir dan dunia arab. Oleh karena itu beliau diberi gelar Imam Ad-Du'âti (baca: Pemimpin Para Da'i).

Kelahiran dan Pendidikan

Muhammad Mutawalli Asy-Sya’râwi dilahirkan pada tanggal 16 April tahun 1911 M. di desa Daqadus, distrik Mith Ghamr, provinsi Daqahlia, Republik Arab Mesir. Dalam usia 11 tahun beliau sudah hafal Alquran. Syekh Asy-Sya’râwi terdaftar di Madrasah Ibtidaiyah (baca: lembaga pendidikan dasar) al-Azhar, Zaqaziq pada tahun 1926 M. Sejak beliau kecil, sudah timbul kecerdasannya dalam menghafal sya'ir (baca: puisi) dan pepatah arab dari sebuah perkataan dan hikmah, kemudian mendapatkan ijazah Madrasah Ibtidaiyah al-Azhar pada tahun 1923 M. Dan memasuki Madrasah Tsanawiyah (baca: lembaga pendidikan menengah), bertambahlah minatnya dalam syair dan sastra, dan beliau telah mendapatkan tempat khusus di antara rekan-rekannya, serta terpilih sebagai ketua persatuan mahasiswa dan menjadi ketua perkumpulan sastrawan di Zaqaziq. Dan bersamanya pada waktu itu Dr. Muhammad Abdul Mun’im Khafaji, penyair Thahir Abu Fasya, Prof. Khalid Muhammad Khalid, Dr. Ahmad Haikal dan Dr. Hassan Gad. Mereka memperlihatkan kepadanya apa yang mereka tulis. Hal itulah yang menjadi titik perubahan kehidupan Syekh Asy-Sya’râwi, ketika orang tuanya ingin mendaftarkan dirinya di al-Azhar, Kairo. Syekh Asy-Sya’râwi ingin tinggal dengan saudara-saudaranya untuk bertani, namun orang tuanya mendesaknya untuk menemaninya ke Kairo, dan membayar segala keperluan serta mempersiapkan tempat untuk tempat tinggalnya. Syekh Asy-Sya’râwi memberikan syarat kepada orang tuanya agar membelikan sejumlah buku-buku induk dalam literatur klasik, bahasa, sains Alquran, tafsir, hadits, sebagai jenis dari melemahkannya sampai orang tuanya merestuinya dengan sekembalinya ke desa asal. Tetapi ayahnya cerdas pada trik tersebut, dan membeli apa yang diminta kepadanya, sambil mengatakan: “Aku tahu anakku bahwa semua buku-buku tersebut tidak diwajibkan untuk kamu, tapi aku memilih untuk membelinya dalam rangka memberikan ilmu pengetahuan yang menarik agar kamu haus dengan ilmu”. Tidak ada di hadapan Syekh, kecuali untuk patuh kepada ayahnya, dan menjadi sebuah tantangan keinginan untuk kembali ke desa dengan cara mengeruk ilmu sebanyak-banyaknya serta menelan sekaligus semua yang terjadi padanya dari ilmu-ilmu di depan matanya. Asy-Sya’râwi terdaftar di Fakultas Bahasa Arab tahun 1937 M., dan beliau sibuk dengan gerakan nasional dan gerakan al-Azhar. Pada tahun 1919 M. revolusi pecah di al-Azhar, kemudian al-Azhar mengeluarkan pengumuman yang mencerminkan kejengkelan orang Mesir melawan penjajah Inggris. Institut Zaqaziq tidak jauh dari benteng al-Azhar yang luhur di Kairo, Syekh Asy-Sya’râwi bersama rekan-rekannya berjalan menuju halaman al-Azhar dan sekitarnya, dan menyampaikan orasi dari sesuatu yang mendemonstrasikannya pada penahanan yang lebih dari sekali, dan pada saat itu beliau sebagai Ketua Persatuan Mahasiswa pada tahun 1934 M.

Fase Karir

Syekh Asy-Sya’râwi tamat pada tahun 1940 M. Dan meraih gelar strata satunya serta diizinkan mengajar pada tahun 1943 M. Setelah tamat Syekh Asy-Sya’râwi ditugaskan ke pesantren agama di Thanta. Setelah itu beliau dipindahkan ke pesantren agama di Zaqaziq, kemudian pesantren agama di Iskandaria. Setelah masa pengalaman yang panjang, Syekh Asy-Sya’râwi pindah untuk bekerja di Saudi Arabia pada tahun 1950 M. sebagai dosen syari'ah di Universitas Ummu al-Qurro. Dan Syekh Asy-Sya’râwi terpaksa mengajar materi aqidah meskipun spesialisasinya dalam bidang bahasa, dan pada dasarnya ini menimbulkan kesulitan yang besar, akan tetapi Syekh Asy-Sya’râwi bisa mengatasinya dengan keunggulan yang ada pada dirinya dengan prestasi yang tinggi, dan karena pengaruh itu Presiden Jamal Abdul Naser melarang Syekh Asy-Sya’râwi untuk kembali ke Saudi Arabia. Dan pada tahun 1963 M. terjadi perselisihan antara Presiden Jamal Abdul Naser dan Raja Saudi. Setelah itu Syekh Asy-Sya’râwi mendapatkan penghargaan dan ditugaskan di Kairo sebagai Direktur di kantor Syekh al-Azhar Syekh Husein Ma'mun. Kemudian Syekh Asy-Sya’râwi pergi ke Algeria sebagai ketua duta al-Azhar di sana dan menetap selama tujuh tahun, dan kembali lagi ke Kairo untuk ditugaskan sebagai Kepala Departemen Agama provinsi Gharbiyah, kemudian beliau menjadi Wakil Dakwah dan Pemikiran, serta menjadi utusan al-Azhar untuk kedua kalinya ke Kerajaan Saudi Arabia, mengajar di Universitas King Abdul Aziz. Pada bulan November 1976 M. Perdana Menteri Sayyid Mamduh Salim memilih anggota kementeriannya, Syekh Asy-Sya’râwi ditugaskan untuk Departemen (urusan) Wakaf dan Urusan al-Azhar (baca: setingkat Menteri Agama di Indonesia) sampai bulan Oktober 1978 M. Setelah meninggalkan pengaruh yang bagus bagi kehidupan ekonomi di Mesir, beliaulah yang pertama kali mengeluarkan keputusan menteri tentang pembuatan bank Islam pertama di Mesir yaitu Bank Faisal, dan ini merupakan wewenang Menteri Ekonomi dan Keuangan Dr. Hamid Sayih pada masa ini yang diserahkan kepadanya dan disetujui oleh anggota parlemen Mesir.

Keluarga Syekh Asy-Sya’râwi
Beliau telah menikah tatkala sekolah dasar karena kemauan orang tuanya yang telah memilih pasangan untuknya, dan Syekh Asy-Sya’râwi setuju atas pilihan orang tuanya tersebut, dan itu pilihan yang bagus yang tidak mengecewakan kehidupannya. Kemudian beliau dikaruniai tiga orang putra dan dua orang putri. Anak laki-lakinya: Sami, Abdul Rahim dan Ahmad. Dan anak perempuannya: Fathimah dan Sholihah. Syekh Asy-Sya’râwi berpendapat bahwa sesungguhnya faktor utama keberhasilan pernikahan adalah ikhtiar dan kerelaan kedua belah pihak. Mengenai pendidikan anaknya dia berkata: Yang terpenting dalam mendidik anak adalah suri tauladan, seandainya didapatkan suri tauladan yang baik maka seorang anak akan menjadikannya sebagai contoh, kemudian tindakan apapun terhadap tingkah laku yang jelek memungkinkan akan menghancurkannya. Maka seorang anak harus dicermatinya dengan baik, dan di sana terdapat perbedaan antara mengajari anak dan mendidiknya sebagai barometer kehidupan. Seorang anak jika tidak bergerak kemampuannya dan bersiap untuk menerima dan menampung sesuatu yang disekitarnya, artinya apabila tidak siap telinganya untuk mendengar, dan kedua matanya untuk melihat, dan hidungnya untuk mencium, dan ujung-ujung jarinya untuk menyentuh, maka kita wajib menjaga seluruh kemampuannya dengan tingkah laku kita yang mendidik bersamanya dan di depannya. Oleh karena itu, kita harus menjaga telinganya dari setiap perkataan yang jelek, dan menjaga matanya dari setiap pemandangan yang merusak. Dan apabila kita ingin mendidik anak-anak kita dengan pendidikan islami, caranya dengan menerapkan ajaran Islam dalam menunaikan setiap kewajiban, terampil dalam bekerja, menunaikan salat pada waktunya, dan ketika kita memulai makan maka kita memulainya dengan menyebutkan Bismillah, dan ketika kita selesai makan maka kita mengucapkan Alhamdulillah. Apabila anak melihat kita dan kita mengerjakan yang demikian itu maka dia akan mengikutinya juga yang lainnya. Tapi jika anak itu tidak mengambil pelajaran dalam hal ini, maka tindakan lebih penting daripada omongan belaka.

Penghargaan yang pernah diraihnya

Imam Asy-Sya’râwi diberikan tanda penghargaan pertama pada usia pensiunnya pada tanggal 15 Maret 1976 M. sebelum ditugaskan menjadi Menteri Wakaf dan Urusan al-Azhar. Mendapatkan penghargaan nasional tingkat pertama pada tahun 1983 M. dan tahun 1988 M., dan pada hari Da'i Nasional beliau mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa pada bidang sastra dari Universitas Manshurah dan Universitas al-Azhar Daqahlia. Organisasi Konferensi Islam di Makkah al-Mukarramah memilihnya sebagai anggota komite tetap untuk konferensi keajaiban ilmu dalam Alquran dan Sunnah Nabawi, yang disusun oleh Organisasi Konferensi Islam, dan beliau ditugaskan untuk memilih juri-juri pada bidang agama dan keilmuan yang berbeda-beda, untuk menilai makalah-makalah yang masuk dalam konferensi. Sejumlah karya-karya universitas menulis tentang dirinya di antaranya tesis magister mengenainya di Universitas Minya, Fakultas Pendidikan, Jurusan Dasar-dasar Pendidikan, dan tesis tersebut mencakup informasi dari pendapat-pendapat pendidikan pada Syekh Asy-Sya’râwi dalam faktor perkembangan pendidikan modern di Mesir. Provinsi Daqahlia menjadikannya sebagai tokoh pameran kebudayaan pada tahun 1989 M. dan yang diselenggarakan setiap tahun untuk memberikan penghargaan putra-putri Daqahlia. Provinsi Daqahlia mempublikasikan suatu perlombaan untuk meraih penghargaan penghormatan dan motifasi tentang kehidupannya, pekerjaannya dan tingkatannya dalam dakwah Islam pada lingkup Nasional dan Internasional, dan diberikan uang yang berlimpah bagi yang mengikuti perlombaan tersebut.

Hasil Karya Syekh Asy-Sya’râwi

Syekh Asy-Sya’râwi mempunyai sejumlah karangan-karangan, beberapa orang yang mencintainya mengumpulkan dan menyusunnya untuk disebarluaskan, sedangkan hasil karya yang paling populer dan yang paling fenomenal adalah Tafsir Asy-Sya’râwi terhadap Alquran yang Mulia. Dan di antara sebagian hasil karyanya adalah:

1. Al-Isrâu wa al- Mi'râju (Isra dan Mi'raj),
2. Asrâru Bismillâhirrahmânirrahîmi (Rahasia dibalik kalimat Bismillahirrahmanirrahim),
3. Al-Islâmu wa al-Fikru al-Mu'ashiri (Islam dan Pemikiran Modern),
4. Al-Islâmu wa al-Mar'átu, 'Aqîdatun wa Manĥajun (Islam dan Perempuan, Akidah dan Metode),
5. Asy- Syûrâ wa at-Tasyrî'u fî al-Islâmi (Musyawarah dan Pensyariatan dalam Islam),
6. Ash-Shalâtu wa Arkânu al-Islâmi (Shalat dan Rukun-rukun Islam),
7. Ath-Tharîqu ila Allâh (Jalan Menuju Allah),
8. Al-Fatâwâ (Fatwa-fatwa),
9. Labbayka Allâhumma Labbayka (Ya Allah Kami Memenuhi Panggilan-Mu),
10. Suâlu wa Jawâbu fî al-Fiqhi al-Islâmî 100 (100 Soal Jawab Fiqih Islam),
11. Al-Mar'átu Kamâ Arâdahâ Allâhu (Perempuan Sebagaimana Yang Diinginkan Allah),
12. Mu'jizatu al-Qurâni (Kemukjizatan Alquran),
13. Min Faydhi al-Qurâni (Diantara Limpahan Hikmah Alquran),
14. Nazharâtu al-Qurâni (Pandangan-pandangan Alquran),
15. 'Ala Mâídati al-Fikri al-Islâmî (Di atas Hidangan Pemikiran Islam),
16. Al-Qadhâu wa al-Qadaru (Qadha dan Qadar),
17. Ĥâdzâ Ĥuwa al-Islâmu (Inilah Islam),
18. Al-Muntakhabu fi Tafsîri al-Qurâni al-Karîmi (Pilihan dari Tafsir Alquran Alkarim).

Referensi: Muntadayâtu Syabâbi Mishra – Al-Muntadayâtu al-Islâmiyyatu – Fî Rihâbi al-Islâmi – Muntadâ Qashashu al-Anbiyâi wa al-Mursalîna – Al-Imamu Muhammad Mutawallî Asy-Sya'râwî: Musyâhadatu an-Nuskhati Kamilatan. http://www.egyguys.com/.

Apr 4, 2015

لَوْ لاَ اْلمُرَبِّيْ مَا عَرَفْتُ رَبِّيْ
"Jika tidak kerna adanya guruku, pastinya tidak ku kenal Tuhanku"


Al Hafiz Abdullah ibn Siddiq al Ghumari رضي الله عنه

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين
وعلى آله وصحبه أجمعين

Kenali Ulama’mu, Sekilas Biografi ;
‘‘ Musnid al Dunya, al Allamah al Sayyid Abdullah ibn Siddiq al Ghumari’’
 رضي الله عن
(1910-1993M / 1328-1413H)
……………………
Pengenalan.
          Benarlah kata para pensyair, bahawa ‘mana mungkin terik cahaya matahari  itu dapat didustakan  oleh si buta.’ Begitulah kehebatan ketinggian syakhsiah dan keilmuan Syeikh yang ulung ini, yang sinar mentari kelebihannya, dapat dirasai semua orang sama ada kekasih atau musuhnya. Beliaulah guru para ulama’, sandaran segala fuqaha’ dan harapan segala fuqara’. Ulama’ al Asyari agung yang berani menegakkan kebenaran dengan lisan dan mata pena untuk menggapai redha Khaliqnya (Allah), tanpa takut ugutan dan tentangan makhlukNya. Moga-moga rahmat Allah sentiasa tercucur ke atasmu selama mana kerinduan membakar di hati-hati kekasihnya…

          Saya telah membaca sebuah buku biografi yang menceritakan kisah-kisah para ulama Islam yang muktabar. Malangnya penulis telah mencampur-adukkan  di antara manaqib (biografi) ulama’ Ahli Sunnah dikalangan ulama' ahli tafsir, ahli hadith, Fuqaha dan penghulu-penghulu ahli sufi  dengan golongan yang tidak sehaluan dengan mereka; seolah-olah telah mengkategorikan ulama-ulama’ Sunni tersebut sekumpulan dengan golongan-golongan yang menyeleweng tersebut. Di antara ulama Sunni mutakhir yang terdapat di dalam buku tersebut ialah Syeikh Abdullah al Ghumari, Syeikh Mutawalli al Sya’rawi, al Muhaddith Badruddin al Hasani dan ramai lagi. Maka tujuan saya mengeluarkan risalah ini khas untuk memberikan penjelasan secara jelas kepada pembaca bahawa sekelian ulama tersebut khasnya  Syeikh Abdullah al Ghumari adalah Ulama’ Ahli Sunnah wal Jamaah, al Asyari,  yang berpegang kepada mazhab yang empat.
      
         Hakikatnya, diri ini  bukanlah orang yang benar-benar berkeahlian untuk mengungkapkan perihal dirinya yang mulia, tetapi sekadar menadah hujan rahmatNya dengan menyebut sirah mereka. Kata para ulama’:

الا بذكر الصالحين تنزيل الرحمة

Ketahuilah dengan menyebut nama-nama orang soleh itu turunlah Rahmat Allah.  

Firman  Allah Taala :

      Moga dengan penghayatan yang benar, Allah Taala akan membuka hati kita kearah hidayahNya, menguatkan semangat kita dengan  meniti perjalanan sirah kekasihNya  amin.
____________________________

Nama dan keluarganya.

Beliau adalah al Allamah  al Sayyid Abu al Fadhl; Abdullah ibn al Allamah Abi Abdillah Syamsuddin (Matahari agama) Muhammad ibn al Wali al Kabir (wali yang agung) Sayyidi Muhammad al Siddiq al Ghumari al Hasani(berketurunan Saiduna Hasan ibn Saiduna Ali رضي الله عنهما) al Tonji. Inilah keluarga al Ghumari, keluarga ulama yang melahirkan ahli Hadith.Ayahnya, abang, adik, bapa saudara, serta seluruh keturunannya adalah ulama yang disegani dan diperakui keilmuannya.  

Kelahirannya.

Beliau رحمه الله  dilahirkan pada akhir Jamadil Akhir 1328H/1910M di Thaghr, Tonjah, Magribi.

Zaman Mudanya; Pengembaraan Menuntut Ilmu

Syeikh Abdullah al Ghumari membesar dibawah pentarbiahan ayahandanya yang mulia, Muhaddith zamannya Sayyid Muhammad رحمه الله  . Beliau menghafaz al Quran dengan qiraat Warasy diikuti dengan qiraat Hafs. Kemudian Syeikh al Ghumari menghafaz hampir keseluruhan matan-matan agama yang masyhur antaranya Manzumah Maurid al Zomaan, Alfiyyah Ibn Malik dalam Ilmu Nahu, al Arbain Nawawi (Hadith), al Ajrumiah (Nahu), Bulugh al Maram dan Mukhtasar Syeikh Khalil (Fekah Maliki) dan lain-lain.

          Beliau amat mementingan pembelajaran ilmu Nahu. Kita dapat lihat kesungguhan beliau, dimana beliau bukan sahaja menghafaz matan Nahu iaitu  Alfiyyah dan Ajrumiyah semata-mata, tetapi mendalami maksud-maksud dan menguasai masalah-masalahnya. Oleh itu beliau mempelajari kitab Syarah al Azhari 'ala Alfiyyah dengan saudaranya Abu al Faidh, tetapi sebelum itu beliau telah membentangkan penerangannya terhadap permasalahan yng terdapat pada kitab tersebut kepada ayah saudaranya Sayyid Ahmad ibn Abdul Hafiz ibn Ajibah. Lihatlah kesungguhan penuntut ilmu yang sebenar!

          Kemudian beliau bermusafir dengan perintah ayahandanya ke Fas, Maghribi; tempat dimana beliau mempelajari ilmu Hadith, Fekah dan  Nahu dengan ulama’-ulama’nya dengan menghadiri pengajian di Jamiah (Universiti) al Qurawiyyin di sana, sebelum pulang ke Tonjah semula. Kaedah pengajian ketika itu masih dalam cara tradisional iaitu dengan cara talaqqi di dalam halaqah-halaqah ilmu. Setiap halaqah akan dipimpin  oleh guru tertentu yang mahir dalam bidang-bidang ilmu yang pelbagai. Antara guru-guru beliau disana (di dalam kurungan adalah nama kitab yang dipelajari dari guru tersebut) ialah :

1 )    Al Syeikh al Syarif Al Habib al Muhaji(Syarh al Makudi ‘ala Alfiyah/Syarah al Quwaisani ‘Ala al Sullam)
2 )    Syeikh Muhammad ibn al Haj ibn al Muhasyi (Syarh al Makudi Hasyiah Ibn al Haj/Syarh al Bukhari oleh Imam Qustollani)
3 )    Syeikh Muhammad al Haj, sepupu Syeikh Muhammad ibn al Haj   (Syarh Ibn Aqil & Hasyiah al Sujai’e )
4 )    Syeikh Ahmad al Qadiri (kitab al Jinayat dari kitab Syarah al Kharsyi)
5 )    Al Allamah al Sayyid Ahmad ibn al Jailani al Amghari
6 )    Al Allamah Abdullah al Fudhaili(sebahagian Muhktasar Syarh al Zarqani/Risalah al Wadh’ie)
7 )    Syeikh Abdul Rahman al Qurasyi
8 )    Al Faqih Abu Syita’ al Sonhaji (Hasyiah Ahmad ibn al Khayyat)
9 )    Syeikh Muhammad al Sonhaji- saudara kandung Syeikh Abu Syita’ (Syarah al Kharsyi dari bab al Buyu’)
10 )    Syeikh al Husain al Iraqi (Jam’ul Jawami’ Hasyiah al Mahalli)
11 )    Syeikh Abdul Hay al Kattani (Hasyiah al Syinwani ‘Ala Ibn Abi Jamrah)
12 )    Al Allamah al Syeikh al Qadhi al Abbas ibn Abi Bakar Banani (Jam’ul Jawami’/al Maqulat al ‘Asyr/al Tauhid oleh Ibn ‘Asyur)
13 )    Sayyid Muhammad ibn Jaa’far al Kattani
14 )    Sayyid Mahdi al ‘Azuzi
15 )    Syeikh Fathullah al Banani al Ribathi
16 )    Al Allamah al Syeikh al Radhi al Sinani yang masyhur dengan al Hamsh

          Sekembalinya ke Tonjah beliau sering mendisiplinkan dirinya mengikuti majlis-majlis pengajian ayahanda di al Zawiyah al Siddiqiyah, yang merupakan ‘sekolah pondok’ ayahandanya. Antara pengajian ayahanda yang diikutinya ialah Soheh al Bukhari dan Mughni al Labib Ma’a Murajaah Syarah al Damamini. Pada waktu yang sama, beliau telah terkehadapan berbanding rakan-rakan sebayanya dalam penguasaan ilmu pengetahuan. Maka beliau telah mula mengajar di al Zawiyah al Siddiqiyah kitab al Ajrumiyah dan Risalah al Qairuwani.        

           Ketika itu, beliau telah menampakkan kematangan akal dan  kecerdikan, dengan terhasilnya kitab pertama tulisan beliau iaitu Syarahan Matan al Ajrumiyah, kitab Nahu yang masyhur yang diberi nama oleh saudara kandungnya al Hafiz al Sayyid Abu al Faidh dengan:
Tashyidul Mabani Litaudhih Ma Hawathu al Ajrumiyah Min al Haqaiq wal Ma’aani.   

Permufasiran ke Kaherah

         Selepas Sayyid al Ghumari telah menguasai ilmu-ilmunya terutamanya ilmu Hadith beliau telah berkelana ke Kaherah pada tahun 1930M/1349M. Beliau pun menyambung pengajian di al Azhar dan menjalinkan hubungan erat dengan ulama’-ulama’nya. Ketika menetap di Kaherah, beliau sentiasa mendatangi pintu-pintu para ulama besar Mesir dan meriwayatkan hadith dan ilmu dari mereka.

Guru-guru Syeikh al Ghumari di Mesir.
(Di dalam kurungan adalah nama kitab yang dipelajari dari guru tersebut.)

Diantaranya ialah:
1.     Syeikh Muhammad Bakhit al Muti’ey.Beliau adalah Mufti Mesir, dan di antara ulama’ hebat al Azhar. (Tafsir al Quran/ al Hidayah fi al  Fiqh al Hanafi )
2.    Syeikh Abdul Majid al Labban, iaitu pensyarah di Kuliah Usuluddin.
3.    Syeikh Muhammad ibn Hasanain ibn Muhammad Makhluf al Adawi al Maliki (Jam’ul Jawami’ Bisyarh al Mahalli dari bab al Qiyas hingga akhir/ al Risalah al Samarqandiah fi Adab al Bahath wal Munazoroh).
4.    Syeikh Abdul Qadir al Zintani al Tarabulusi(Syarh al Malawi ‘Ala al Sullam/Hasyiah al Sobban )
5.    Syeikh Hamid Jad (Syarh al Asnawi ‘Ala Minhaj al Usul karangan Imam al Baidhawi/ )
6.    Syeikh Mahmud Imam Abdul Rahman al Mansuri al Hanafi (Tahzib al Sa’ad Bisyarhi al Khabisi dalam ilmu Mantiq, beliau mendengar Hadith Musalsal Bil Awwaliyah daripadanya.)
7.   Syeikh Muhammad ‘Izzat (al Minhaj karangan Syeikh Zakaria)
8.   Syeikh Abdul Majid al Syarqawi (Syarah al Khotib ‘Ala Abi Syuja’)
9.   Syeikh Muhammad ibn Ibrahim al Hamidi al Samaluthi al Maliki (Sunan al Tirmizi)
10. Syeikh Muhammad Imam ibn Burhanuddin Ibrahim yang masyhur dengan gelaran al Saqqa al Syafi’e.

          Pada tahun 131M/1350H beliau telah menduduki peperiksaan  Alamiah lil Ghuraba’ yang mengandungi 12 mata pelajaran, dan beliau telah berjaya dengan keputusan cemerlang. Lalu, beliau beralih untuk menduduki Alamiah al Azhar.  Sekali lagi ingin saya tegaskan, bahawa beliau sudah menjadi alim semenjak di Tonjah lagi . Akan tetapi kedatangan beliau ke Mesir adalah kerana  sifat tamaknya terhadap ilmu dan cintanya kepada ahli-ahlinya.  Hal ini telah terakam dalam perbualan Syeikh Mahmud Syaltut ketika mengucapkan tahniah atas kejayaan Syeikh al Ghumari  dalam imtihan katanya; 'Kami mengucapkan tahniah kepada Syeikh Abdullah atas kejayaan beliau dalam Syahadah al Azhariyah, yang telah sedia alim semenjak dari tanah airnya.'   Begitu juga Syeikh Muhammad Zaghlul sejurus al Hafiz al Ghumari mahu pulang selepas selesai dari imtihan, beliau berkata kepadannya  'mabruk, wahai 'Allamah (syeikh yanng amat alim)!' 

          Walaupun begitu, dalam waktu yang sama beliau sempat mengajar al Hadith di al Rawwaq al Abbasi di Universiti al Azhar. Beliau dikelilingi oleh para pelajar Syahadah al Alamiyah yang telah mengambil kesempatan ini untuk mendalami ilmu dengan al Sayyid Abdullah. Mereka telah mendapat manfaat yang banyak dengan ilmu yang di curahkannya. Silibus pengajarannya ialah :
  • Jam’ul Jawami’ karangan Imam al Suyuti
  • Syarh al Malawi ‘ala a Sullam
  • Sullam al Wusul ila Ilmi al Usul karangan Imam Ibn Abi Hijab
  • Al Jauhar al Maknun fi al Balaghah karangan al Akhdhari
  • Syarah al Makudi A’la Alfiyyah
  • Tafsir al Nasafi
  • Al Ahkam karangan al Aamidi
  • Al Khabisi A’la Tahzib al Sa’ad  fil Mantiq
  • Tafsir al Baidhawi

Medan Da’wah.

          Syeikh al Ghumari tidak mengehadkan pengajaran kepada penduduk setempat sahaja malah telah bergiat aktif dalam ruang yang lebih luas. Beliau (moga-moga Allah merahmatinya) telah berhubung dengan orang awam, menjawab soalan-soalan yang dikemukakan dan mengungkai permasalahan yang dihadapi oleh mereka.

          Beliau juga sering menghadiri syarahan dan ceramah-ceramah agama yang ditaja oleh persatuan-persatuan Islam tempatan seperti pertubuhan al Asyirah al Muhammadiyah, Jami’yyah al Hidayah al Islamiyah dan lain-lain.

          Saat itu, Mesir telah menerima kunjungan ramai para ulama hebat Islam, sama ada untuk menetap terus di Mesir atau sekadar untuk menziarahinya. Kesempatan ini digunakan Syeikh al Ghumari untuk berhubung dan meriwayatkan ilmu (belajar) daripada mereka antaranya;
1.     Syeikh Muhammad Zahid ibn al Hasan al Kauthari yang merupakan salah seorang ulama’ Khilafah Uthmaniah. Beliau telah bermastautin di Kaherah selepas kejatuhan empayar Islam tersebut. Maka para ahli ilmu Kaherah mengerumuni majlis pengajian beliau kerana periwayatannya yang luas dan banyak serta mempunyai jumlah guru-guru yang ramai.
2.    Syeikh Muhammad al Khidr Husain,berasal dari Tunisia dan menetap di Kaherah. Beliau antara anggota Persatuan Majlis Bahasa, yang kemudian menjawat Syeikh al Azhar.
3.    Malik (Sultan) Idris al Sanusi, raja Libya yang alim lagi soleh yang bermukim di Kaherah.
4.    Syeikh Jami’ al Zaitunah Syeikh al Tohir ibn ‘Asyur al Tunisi al Maliki

 Guru-guru al Hafiz al Ghumari di Hijaz.

1 )    Al Syeikh al Muhaddith Umar Hamdan al Mahrisi.
2 )    Al Syeikh al Muhaddith Abdul Qadir ibn Taufiq al Syalabi al Tarabulusi
3 )    Al Syeikh al Mu’ammar (usianya menjangkau/melebihi 100 tahun) Muhammad al Marzuqi ibn Abdul Rahman Abu al Husain al Makki al Hanafi.

   Guru-guru Syeikh al Ghumari di Syam.

1 )    Syeikh Yusuf ibn Ismail ibn Yusuf al Nabhani al Syafie al Beiruti
2 )    Syeikh Badruddin ibn Yusuf  al Hasani al Dimasyqi Al Syafie, Syeikh Darul Hadith di Damsyik.
3 )    Syeikh Muhammad Raghib ibn Mahmud al Tabbakh al Halabi al Hanafi
4 )    Ummul Banin Aminah binti Abdul Jalil bin Salim al Zura al Dimasyqiyyah


   Ujian dan Dugaan.


          Selama beliau menetap di Kaherah, beliau tidak putus-putus mengarang kitab dan risalahserta mentahqiq (mengulas) kitab-kitab besar ilmu Hadith berdasarkan ilmu, basirah, kekuatan dan kematangan akalnya yang disangga oleh maklumat yang luas terhadap bidang ini, dan penguasaannya yang mendalam terhadap ilmu Ulum Hadith. Sesungguhnya Syeikh Abdul Wahhab ibn Abdul Latif telah memuji Syeikh al Ghumari dalam muqaddimah tahqiq kitab al Maqasid al Hasanah fi Bayan Kathir Min al Ahadith al Musytaharah ‘Ala al Alsinah karangan al Sakhawi, dengan pujian yang amat baik dan layak dengannya. Komentar Syeikh Abdul Wahhab ibn Abdul Latif  terhadap tahqiq Syeikh al Ghumari:


وفضيلة الأستاذ المحدث قد وُهب قريحة وقَّادة، وحافظة قوية، وبصيرة نفاذة، قلما تجد في هذا الباب مثله، وسترى فيما يمر عليك من تعليقاته أنه حرر ما فات المؤلف تحريره، وأكمل ما بيض له المصنف

‘ Dan (bahawasanya) Fadhilah al Ustaz al Muhaddith telah dikurniakan kepintaran yang luar biasa, daya ingatan yang kuat, basirah mata hati yang tajam. Amat sedikitlah orang yang menulis bab ini sepertinya. Kamu akan lihat pada syarahan-syarahan beliau terhadap kitab ini, bahawa beliau telah memperbetulkan beberapa tempat yang terlepas pandang oleh penulis asal lalu menyempurnakannya.’

          Sentiasalah kemudian dari itu, Syeikh al Ghumari mendapat tempat yang baik di sisi Ulama Mesir, hinggalah menerima ujian yang berat pada akhir tahun 1950-an.
         Sesungguhnya angin badai hasad dengki dan kezaliman telah bertiup laju menghantam siapa sahaja yang berdiri di hadapannya, walaupun mereka dikalangan ulama Mesir yang alim dan berakhlak mulia. Orang-orang yang hasad telah melontarkan tuduhan yang kononnya beliau terbabit dengan persatuan Ikhwan Muslimin, kerana berasa dakwah Syeikh akan menggugat kedudukan mereka. Dengan tuduhan tidak berasas ini, Syeikh al Ghumari telah meringkuk di dalam penjara selama 11 tahun! Ya, selama 11 tahun dari 15/12/1959 hingga 26/12/1969.  Setelah keluar dari penjara, beliau terus melakukan usaha dakwah seperti dahulu dalam penulisan dan pengajaran.

   Kitab-kitab Karangannya.     
    
Syeikh Abdullah mempunyai banyak kitab-kitab dalam subjek Fekah dan Hadith yang menjangkau seratus buah kitab. Umpama bunga-bunga di taman yang mengandungi pelbagai warna dan rupa, begitulah jenis buku-buku karangannya yang mengandungi pelbagai disiplin ilmu dan makrifat. Antara kitab yang termasyhur ialah:

* Sebahagian Tafsir Al Quran al Karim (hingga Surah Hud)
* Dilalah al Quran al Mubin A’la Anna al Nabi (صلى الله عليه وآله وسلم ) Afdhal Alamin
* Kaifa Takun Muhaddithan
* Taujih al ‘Inayah bi  Ta’rif al Hadith Riwayatan wa Dirayatan
* Al Kanzul Thamin Fi  Ahadith al Nabi al Amin
* Nihayah al Aamal fi Syarah wa Tashih  Hadith ‘Aradh al A’maal
* Al Saif al Battar Li Man Sabba al Nabi al Mukhtar (membincangkan hukuman penghina Rasulullah)
* Al Rad  al Muhkam al Matin Ala al Qaul al Mubin (merupakan penolakan terhadap golongan yang menolak keharusan bertawassul)
* Ittihaf al Anbiya’  bi Jawaz al Tawassul Bi Sayyidil Anbiya’  (mengandungi dalil keharusan Tawassul dengan Rasulullah)
* Irgham al Mubtadi’ al Ghabi bi Jawaz  al Tawassul Bi al Nabi (mengandungi dalil keharusan Tawassul dengan Rasulullah)
* Al Qaul al Muqni’ fi al Rad ‘Ala al Albani al Mubtadi’ (penolakan terhadap pemuka bidaah)
* Khawatir  Diniyyah
* Al Fathul Mubin li Syarhi al Kanzil Thamin
* Al Arba’un al Siddiqiyah Fi Masail Ijtima’iyyah.
* Al Hujaj al Bayyinat Fi Ithbat al Karamaat 
* Taudhih al Bayan li Wusul Thawab al Quran  (menerangkan sampainya pahala bacaan Al Quran kepada para arwah.)
* Al I’lam Bi Anna al Tasauf min Syariat al Islam (menerangkan bahawa Tasauf adalah termasuk dalam syariat Islam. )
* Al Mahdi al Muntazar
* Itqan al Sunah fi Bayan Ma’na al Bidaah.(penerangan  sebenar maksud bidaah)
*  Rafu’ al Syak wa al Irtiyab ‘an Tahrim  Nisa’ Ahlil Kitab (menerangkan pengharaman berkahwin dengan Ahli Kitab.)
* Al Fatawa
* Ajwibah Hammah fi al Tib (perubatan)
 
Beliau juga telah mentahqiq kitab-kitab turath seperti:
* Al Maqasid al  Hasanah oleh Imam al Sakhawi
* Bulugh al Maram oleh Imam Ibn Hajar  al ‘Asqalani
* Musnad Abi Bakar al Siddiq oleh Imam al Suyuti
* Al Istikhraj li Ahkam al Kharaj oleh Imam Ibnu Rajab al Hanbali.

      Begitulah Syeikh al Hafiz (moga-moga Allah merahmatinya) mempunyai sandaran yang kuat terhadap ilmu-ilmu, pandangan yang tajam dan telus, beliau telah mengumpulkan apa yang tidak dapat diperolehi oleh ulama’ selainnya.

   
    Beliaulah al Hafiz (pakar Hadith), Usuli (pakar Tauhid), Nahwi (pakar Nahu), Faqih (alim fekah), Mufassir (ulama Tafsir), Mantiqi (ahli logika), Baligh (petah berkata-kata), penyelidik, pentahqiq dan pengkritik yang cerdik. Beliau telah mengarang kitab, mensyarah, dan mentahqiqnya serta menyebarkannya disamping mengajar dan mengeluarkan fatwa.

 Kepulangan Ke Tonjah
          Syeikh al Hafiz telah pulang ke tanah airnya Tonjah al Mahrusah (yang dilindungi Allah) pada 10 Januari 1971M selepas 40 tahun meninggalkannya. Sesungguhnya ia adalah hari  yang amat bersejarah dan dinanti-nantikan semua. Maka bermulalah episod baru beliau dengan penduduk tempatan, dalam menyambungkan karier dakwah dan irsyad, mengajar, menyampai khutbah dan menulis kitab. Sesungguhnya benar-benar beliau telah meninggalkan kesan ilmiah yang penuh keberkatan, yang tidak pernah dikurniakan oleh orang sebelumnya.

 Pemergiannya…

           Syeikh yang hebat ini telah  menghabiskan hari-hari akhirnya di Tonjah, tempat lahirnya. Beliau telah mengalami sakit yang membawa kepada kewafatannya di Tonjah 19 Syaaban 1413H bersamaan 12 Febuari 1993M.  Beliau telah dikebumikan bersebelahan maqam kedua ibu-bapanya. 

-Penutup-

          Begitulah pemergian dan kehilangan ilmu yang mencurah-curah banyaknya dan faedah-faedah yang terlalu tinggi nilainya; dengan pemergian ahlinya para ulama’, terutama dengan kehilangan permata yang tidak ternilai ini  AL HAFIZ AL SAYYID ABDULLAH BIN SIDDIQ AL GHUMARI. 

    Hakikatnya, sebanyak mana pengkaji dan pengarang menulis tentang biografinya yang mulia, serasa semakin banyak perkara dan episod penting yang tertinggal disana. Sesungguhnya ketahuilah helaian kertas ini hanyalah sekelumit dari pengalaman saki baki salafus oleh ini, yang haruslah dijadikan perangsang dan motivasi dalam melalui denai seharian kita. Hanya Pencipta sahaja yang  mengetahui kadar kedudukannya disisiNya.   

    Moga-moga Allah Taala merahmati mereka dan menurunkan kepada mereka titisan hujan rahmat dan redha yang berkekalan. Serta golongkanlah kami ya Rab, dikalangan orang yang mengikuti jejak langkahnya, mengasihi lantas melayakkan kami bersamanya di Dar al Qarar...  Amin.  

M)    Rujukan.
سبيل التوفيق للعلامة الحافظ عبد الله الغماري      

 عبد الله الصديق الغماري الحافظ الناقد  تأليف الأستاذ  د فاروق بن محمود حمادةتعريف صغير بالحافظ عبد الله الغماري تأليف أبو الحفاظ الشيخ أحمد درويش   النظر الدقيق في اختصار وترتيب ترجمة الشيخ الحافظ العلامة سيدي عبد الله بن الصديق / إعداد: الدكتور رشيد كهوس    عبد الله الغماري.. بقية السلف الصالح / إعداد: أحمد تمام